Pada awalnya, Ibu Sri Admini bekerja di Hotel Amanda yang letaknya dekat dengan rumahnya. Ia bekerja di bagian dapur yang kegiatannya membantu proses masak – memasak. Sepeninggal suaminya, Ibu Sri sempat mengalami kesulitan keuangan karena beliau masih memiliki tiga anak yang menjadi tanggungannya. Gaji yang diterima Ibu Sri dari Hotel tempat beliau bekerja tidak seberapa. Keterbatasannya menghidupi ketiga anaknya yang pada saat itu masih kecil membuat Ibu Sri mempunyai tekad untuk memulai usaha catering. Usaha catering dan snack ini didirikan oleh Ibu Sri Admini sejak tahun 1992. Modal awal yang digunakan Ibu Sri untuk memulai usaha catering ini tidak seberapa. Beliau memperoleh modal pinjaman tersebut dari koperasi di sekitar rumahnya. Uang tersebut dapat dikembalikan sedikit demi sedikit dari keuntungannya membuat pesanan catering. Awal usahanya dirintis Ibu Sri dengan menitipkan nasi bungkus ke kios-kios di jalan. Nasi bungkus dijualnya seharga Rp 3.000,00. Namun sayang, pesaing yang menjual nasi bungkus makin banyak sehingga nasi bungkus yang dibuat Ibu Sri tidak laku keras seperti dulu lagi. Inilah yang menyebabkan Ibu Sri beralih memfokuskan usahanya pada catering.
Pesanan catering biasa dikerjakan oleh beliau setelah pulang dari Hotel Amanda. Disaat mendapatkan banyak pesanan catering dan snack, Ibu Sri mencari tenaga kerja yang biasanya berasal dari sanak keluarga dan tetangga-tetangganya. Selama ini, Ibu Sri mengaku bahwa masalah kebutuhan tenaga kerja tidak menjadi masalah bagi beliau. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan catering dengan mudah didapatkan oleh Ibu Sri. Beliau biasa membelinya di pasar Bandungan untuk kebutuhan sayur dan buah. Untuk daging, Ibu Sri biasa memesannya di daerah Ambarawa dan dilakukan melalui telepon. Pemesanan daging di Ambarawa dikarenakan ingin untuk mendapatkan daging dengan kualitas yang lebih baik daripada di Bandungan.
Sebenarnya, usaha sampingan yang dijalankan oleh Ibu Sri tidak hanya memenuhi pesanan catering saja, tetapi juga pesanan snack. Namun, karena aktivitas Ibu Sri yang masih bekerja di Hotel Amanda cukup menyita waktunya, maka beliau memutuskan untuk memfokuskan usahanya untuk catering saja. Seandainya beliau mendapatkan pesanan untuk acara tertentu berupa catering dan snack, maka yang dibuatnya sendiri adalah catering saja. Untuk snack, biasa beliau ambilkan dari para tetangganya atau membelinya di pasar. Setelah membelinya, Ibu Sri hanya membungkusi snack tersebut dengan plastik dan setelah itu mengirimkannya ke lokasi diadakannya acara.
Hal yang membuat Ibu Sri sering menerima pesanan adalah karena beliau tidak mematok harga untuk cateringnya. Harga tergantung dari kesanggupan konsumen. Alasan Ibu Sri tidak mematok harga adalah karena tidak semua pelanggannya berasal dari kalangan menengah ke atas. Terkadang pesanan datang dari mahasiswa yang sedang mengadakan retret atau sekedar refreshing di daerah Bandungan. Mahasiswa tersebut memesan catering dengan budget yang telah mereka tentukan sendiri. Apabila dirasa budget tersebut memberikan keuntungan bagi Ibu Sri, maka beliau dengan senang hati menerima pesanan tersebut.
Selama ini, Ibu Sri belum memfokuskan usahanya pada bidang pemasaran. Pemasaran masih dengan cara yang tradisional yaitu dari mulut ke mulut. Meskipun begitu pelanggan-pelanggan catering ini ada yang berasal dari luar Bandungan, seperti Ambarawa, Bandung, Boyolali, dan lain-lain. Kendala yang dialami Ibu Sri dalam menawarkan produknya adalah belum adanya izin usaha. Hal tersebut diakui oleh Ibu Sri sebagai sesuatu yang sulit diperoleh dikarenakan banyaknya dana yang dibutuhkan serta rumitnya prosedur yang akan dilaluinya. Beliau mengatakan bahwa kepengurusan prosedur ijin usaha akan dilakukan jika usaha catering sudah semakin maju dan semakin banyak pelanggan. Kendala dalam hal ijin usaha ini memberikan batasan bagi Ibu Sri dalam memasarkan cateringnya. Beliau belum berani untuk menawarkan menu-menu masakannya ke instansi-instansi besar dan hotel-hotel karena belum adanya ijin usaha.
Selain masalah ijin usaha, Ibu Sri juga sering mengalami kesulitan dalam hal pembayaran catering. Kebanyakan pemesan catering Ibu Sri berasal dari luar kota yang sedang mengadakan acara tertentu di Bandungan. Mereka kesulitan untuk memberikan uang muka pada Ibu Sri karena beliau belum memiliki rekening tertentu. Kondisi inilah yang sering membuat Ibu Sri kekurangan dana untuk modal pembuatan cateringnya. Untuk itulah beliau meminjam uang di koperasi terlebih dahulu.